Minggu, 14 Juli 2013
PENINGKATAN AKTIVITAS BERMAIN DRAMA DENGAN MEDIA BONEKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 25 BANDARLAMPUNG SEMESTER GANJIL TAHUN 2008/2009
Oleh
Akhmad Baidowi, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 25 Bandarlampung
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilatari adanya kesulitan siswa dalam pembelajaran drama. Kenyataan menunjukkan pembelajaran bermain drama kurang mampu mendorong siswa kreatif, apresiatif, dan berani memntas-kan teks drama sederhana di depan kelas.
Untuk meningkatkan kompetensi siswa bermain drama dicoba model pembelajar-an bermain drama dengan media boneka. Model pembelajaran ini ternyata mampu mengurangi rasa malu dan grogi pada siswa yang berkompetensi rendah dalam bermain drama di depan kelas , karena siswa ini tidak perlu menghadap siswa lain di kelas sebagai penonton. Dengan media boneka siswa yang berkompetensi rendah merasa dirinya diwakili oleh boneka, sehingga beban mental akibat berhadapan dengan siswa lain sebagai penonoton dapat dikurangi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pembelajaran paling efektif pada siklus kedua, ketika anggota kelompok susunannya lebih heterogin yakni setiap kelompok terdiri dari siswa berkompetensi tinggi, sedang, dan rendah. Setiap kelompk diberi kebebasan menulis naskah drama sendiri dengan tema yang telah ditentukan atau memilih naskah drama yang karakter pelakuny sesuai dengan kemampuan dan kemauan anggota kelompok.
Walaupun hasil penelitian belum mampu meningkatkan keterampilan siswa bermain drama secara nyata, namun dari proses kegiatan belajar bermain drama dengan media boneka mudah terlihat bahwa siswa mampu kreatif, apresiatif, dan berani mementaskan naskah drama sederhana di depan kelas. Ternyata keterampilan bermain drama harus melalui proses latihan, ketekunan, dan disiplin yang memerlukan waktu lama.
Kata Kunci: Pembelajaran drama dengan media boneka.
Bagi yang ingin membaca seluruhnya silakan klik di sini.
KEPALA SEKOLAH
UPT SMP NEGERI 25 BANDAR LAMPUNG
UPT SMP NEGERI 25 BANDAR LAMPUNG
Kamis, 11 Juli 2013
KOTORAN YANG DIPAKAI BUAT BERSIH-BERSIH
Kata orang ada tiga hal yang pembuatannya tidak ingin mereka lihat, yaitu: undang-undang, sosis dan sabun. Mengenai sabun, saya merasa penting membahasnya sehubungan dengan profesi saya sebagai guru mengingat hal ini merupakan materi pelajaran IPA SMP kelas 8.
Sabun yang dipakai buat bersih-bersih itu dibuat dalam keadaan yang serba kotor, misalnya orang-orang Romawi membuat sabun dengan cara mencampurkan kapur basah dengan abu kayu yang masih panas kemudian diaduk sampai rata. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam air panas lalu dicampur dengan beberapa potong lemak domba dan dididihkan selama beberapa jam sampai terbentuk buih berwarna coklat di atasnya. Selanjutnya campuran tersebut didinginkan sampai padat lalu dipotong-potong. Itulah yang disebut sa

Saat ini banyak sekali macam sabun mulai dari yang padat, cream ataupun bubuk dengan beraneka aroma wewangian. Ya, sabun masa kini sudah sangat dimurnikan lalu ditambah dengan bahan pengisi, pewarna, farfum, agen anti bakteri dan sebagainya.
Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan alkali (basa kuat). Lemak merupakan senyawa organik sedangkan alkali merupakan senyawa anorganik, sehingga molekul sabun mempunyai dua kaki yaitu: sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itu sebabnya sabun mempunyai kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air. Sifat inilah yang menyebabkan sabun digunakan untuk bersih-bersih.
Selain sabun kita mengenal detergen. Detergen dibuat dari bahan LAS atau ABS yang direaksikan dengan basa (natrium hidroksida). LAS (Lauryl Alkyl

Baik sabun maupun detergen mengandung surfaktan (surface active agents) yaitu suatu zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga air mudah membasahi permukaan benda kemudian menarik kotoran benda tersebut ke dalam air. Surfaktan yang biasa digunakan adalah sodium lauryl sulphate (SLS) atau sodium lauryl ether sulphate (SLES) atau dapat juga digunakan sodium dodecyl sulphate atau ammonium lauryl sulphate.

Perbedaan antara sabun dan detergen dalam penggunaannya adalah: sabun lebih mudah diuraikan oleh bakteri sedangkan detergen sukar diuraikan oleh bakteri pengurai. Kelebihan detergen dibanding sabun adalah molekul tetergen tidak bereaksi dengan ion calsium dan ion magnesium dalam air sadah sehingga detergen dapat digunakan untuk mencuci dengan air sadah (air yang mengandung ion kalsium dan magnesium).
Referensi: Buku Einstein Aja Gak Tau karangan Robert L. Wolke
Hati-Hati dengan Bahaya Plastik! Pelajari Sebelum Terlambat.
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.
Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?







Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita.
Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik, gelas atau pyrex sebagai gantinya.
Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air minum banyak orang.
Semoga informasi ini bermanfaat. Sumber dari sini
BAGAIMANA TUBUH MEMPEROLEH ENERGI DARI MAKANAN?
Label pada setiap makanan di rak toko swalayan menuliskan tentang kandungan kalori yang ada di dalamnya. Kalori merupakan kuantitas energi, tetapi seberapa banyakkah energi satu kalori, dan bagaimana para ahli dapat menentukan kandungan kalori dalam makanan?
Terdapat perbedaan pendapat tentang pengertian satu kalori antara kalangan ahli gizi dan ahli kimia. Sampai sekarang belum ada tanda-tanda bahwa mereka akan mencari kesepakatan, masing-masing merasa mapan di jalan sendiri-sendiri. Maka dunia terpaksa memiliki dua satuan kalori. Satu kalori orang kimia, yang selanjutnya kita sebut gram calorie, adalah banyak panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur satu gram air (sekitar 20 tetes) sebanyak satu derajat celcius. Akan tetapi energi itu kecil sekali, maka ahli gizi menggunakan istilah food calorie sebagai banyak panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur seribu gram air sebanyak satu derajat celcius. Jadi food calorie sama dengan seribu gram calorie.
Energi dalam makanan dilepaskan ketika makanan terbakar, hampir sama seperti energi dalam batubara dilepaskan ketika kita membakarnya. Begitu pula cara menentukan kandungan kalori dalam makanan dengan membakarnya, kemudian mengukur ber apa kalori panas yang dilepaskan dalam proses tersebut.

Setelah bereksperimen dengan berbagai makanan yang ada, mereka kemudian mengetahui bahwa protein dan karbohidrat mengandung energi sebanyak empat kalori dalam setiap gram, sedangkan lemak mengandung enam kalori pergram. Maka sekarang mereka cukup menganalisis kandungan protein, lemak dan karbohidrat pada tiap makanan kemudian menghitung jumlah kalori yang terkandung di dalamnya. Begitulah cara mereka menentukan jumlah kalori yang tertera pada setiap label makanan kemasan.
Tubuh kita mempergunakan energi yang diperoleh dari makanan tidak hanya untuk bergerak, tetapi juga untuk mencerna dan metabolisme makanan itu sendiri, untuk mengganti sel-sel tubuh yang mati atau rusak, untuk menjalankan proses pertumbuhan dan sebagainya.
Referensi: Buku Einstein Aja Gak Tau karangan Robert L. Wolke
Langganan:
Postingan (Atom)